PEMBUATAN
MINI KOMPOSTER
OLEH : JONNIMAR
NPM : 13131011021
DOSEN PEMBIMBING : Prof. SUPLI EFFENDI RAHIM
OLEH : JONNIMAR
NPM : 13131011021
DOSEN PEMBIMBING : Prof. SUPLI EFFENDI RAHIM
A.
Pendahuluan
Sampah
Rumah Tangga terdiri dari sampah organik dan anorganik.
I.
Sampah
organik dibagi dua yaitu :
1) Sampah Organik Hijau (sisa sayur mayur dari dapur).
Contohnya
: tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh
siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang,
semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah dari kebum (rumput,
daun-daun kering/basah).
2) Sampah Organik Hewan yang dimakan seperti ikan, udang,
ayam, daging, telur dan sejenisnya.
Sampah
organik hijau dipisahkan dari sampah organik hewan agar kedua bahan ini bisa
diproses tersendiri untuk dijadikan kompos.
II. Sampah
anorganik yaitu berupa bahan-bahan seperti kertas, karton, besek, kaleng, bermacam-macam
jenis plastik, styrofoam, dll.
Pembuatan kompos
(composting) dapat dijadikan jalan keluar dalam mengelola limbah. Kompos sangat
berguna dalam memanfaatkan sampah organik (berasal dari benda hidup) menjadi
material yang dapat menyuburkan tanah (pupuk kompos). Selain itu, pembuatan
kompos secara komersil dapat dijadikan sebuah peluang usaha yang menggiurkan.
Seiring dengan berjalannya waktu, sampah yang dihasilkan manusia akan terus
bertambah dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia tersebut. Sampah yang
tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, bahkan
sampah telah menjadi masalah serius di perkotaan. Kompos dapat dibuat untuk
meminimalisasi efek negatif yang ditimbulkan sampah dengan membuatnya menjadi
lebih bermanfaat secara ekologis maupun finansial.
Pemanfaatan sampah
organik pada pembuatan kompos ini dapat dijadikan jalan keluar dalam mencegah
timbulnya kembali tumpukan sampah seberat ribuan ton yang telah menyebabkan
longsor dan korban jiwa. Jika saja sebelumnya sampah tersebut dapat diolah
menjadi kompos, maka musibah longsor dan korban jiwa dapat dihindarkan.
B. Prinsip pengomposan
Christopher
J. Starbuck, seorang ahli holtikultura dari University of Missouri
menjelaskan, kompos merupakan
bahan organik yang telah membusuk beberapa bagian (partially decomposed)
sehingga berwarna gelap, mudah hancur (crumbled), dan memiliki aroma
seperti tanah (earthy). Kompos
dibuat melalui proses biologi, yaitu seperti penguraian pada jaringan tumbuhan
oleh organisme yang ada dalam tanah (soil). Ketika proses pembusukan
selesai, kompos akan berwarna
coklat kehitaman dan menjadi material bubuk bernama humus.
Dalam
kondisi alami, hewan dan tumbuhan akan mati di atas tanah. Makhluk hidup yang
telah mati tersebut akan diuraikan bakteri pembusuk, kemudian membentuk suatu
material yang dapat menghidupkan dan menyuburkan tanaman. Proses yang terjadi
dalam pembuatan kompos ini tidak
jauh berbeda dengan proses pada penguraian tersebut. Oleh karena itu, pembuatan
kompos sering dianggap sebagai
seni dalam merubah kematian menjadi kehidupan (the art of turning death into
life).
National
Organic Gardening Centre
yang berada di Kota Coventry, Inggris dalam publikasinya menjelaskan, pembuatan
kompos pada dasarnya adalah
membuat suatu kondisi yang mendukung (favourable condition) bagi
pertumbuhan populasi mikroorganisme dalam proses pembusukan untuk membuat
material humus yang sangat penting bagi tanah. Pembusukan dalam pembuatan kompos akan lebih cepat (speeded up)
dibandingkan dengan pembusukan yang terjadi pada proses alami.
Prinsip
pembuatan kompos merupakan
pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai aktivator.
Mikroorganisme tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti kotoran ternak (manure) atau
bakteri inokulan (bakterial inoculant) berupa Effective
Microorganisms (EM4), orgadec, dan stardec. Mikroorganisme
tersebut berfungsi dalam menjaga keseimbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang
merupakan faktor penentu keberhasilan pembuatan kompos.
C.
Aplikasi
I.
Alat-alat yang diperlukan adalah:
1)
Pencacah (pisau atau mesin pencacah).
2)
Bak komposter mini lengkap dengan
tutupnya (bisa dibuat dari ember bekas cat ukuran 25 kg).
3)
Sprayer untuk menyemprot bio aktivator.
Dokumentasi :
![]() |
Bak komposter dan Bio aktivator |
Design yang akan dibuat :
II.
Cara
Pembuatan:
1)
Pisahkan sampah daun/sayur dengan sampah
non organik.
2)
Rajang/cincang/cacah sampah organik
dengan ukuran 1-2 cm.
3)
Masukkan sampah organik yang sudah dicacah
ke dalam komposter mini.
4) Semprot/siram sampah organik dengan
larutan bioaktivator hingga merata dengan takaran satu tutup botol (10 cc), dicampur
dengan satu liter air.
5) Tutup rapat-rapat bak komposter mini dan
letakkan di tempat teduh. Lakukan penyemprotan setiap kali memasukkan sampah
organik dan tutup kembali. Lakukan penambahan dan penyemprotan sampah organik
secara berulang sampai bak komposter mini penuh.
6) Diamkan selama tujuh sampai 14 hari agar
terjadi proses komposting yang akan menghasilkan pupuk cair dan pupuk padat.
Pupuk cair dan pupuk padat dipisahkan oleh saringan.
7)
Pupuk cair dapat diambil dengan membuka
keran mulai pada hari ke-5 dan seterusnya. Jika air lindi (pupuk cair) berbau
tak sedap, campurkan dengan air dengan perbandingan 1 : 5. Tambahkan pula satu
sendok makan kapur sirih yang dilarutkan dengan air, kemudian tuang ke dalam
botol lindi. Warna lindi akan berubah jadi agak jernih dan tak berbau.
8)
Ambil pupuk padat yang sudah menjadi
bubur kompos, tambahkan bahan aditif (dapat berupa sekam, arang sekam, serbuk gergaji
perbandingan 2 : 1).
9)
Sebelum digunakan sebagai pupuk atau
media tanam, kompos harus terlebih dahulu dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan.
10) Pupuk
organik cair dapat langsung digunakan sebagai pupuk tanaman. Apabila pupuk cair
organik akan disimpan, sebaiknya difermentasi dahulu dengan bahan bioaktivator
dengan perbandingan 4 : 1.
D. Referensi
(On Line) (http://www.rumah.com/berita-properti/2012/1/122/yuk-buat-pupuk-kompos-sendiri, diakses tanggal 25 Maret 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar