KESEHATAN LINGKUNGAN
DENGAN PENDEKATAN EKOSISTEM
OLEH : JONNIMAR
NPM : 13131011021
DOSEN PEMBIMBING : Prof. SUPLI EFFENDI RAHIM
A. KESEHATAN LINGKUNGAN
Kesehatan
lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Begitu pula
kesehatan lingkungan banyak dipengaruhi oleh taraf social ekonomi. Untuk
mengelola kualitas kesehatan lingkungan ataupun kesehatan masyarakat menjadi bahasan
tersendiri dalam ekologi manusia.
Menurut
Prof. Dr. Juli Soemairat Slamet, MPH, Ekologi manusia adalah ilmu yang
mempelajari interaksi antara setiap segi kehidupan manusia (fisik, mental,
social) dengan lingkungan hidupnya (biofisis, psikososial) secara keseluruhan
dan bersifat sintetis. Pengetahuan ekologi manusia ini merupakan dasar
essensial untuk mengembangkan teknik-teknik baru dalam pengelolaan lingkungan.
Kehidupan
manusia berpengaruh terhadap lingkungan, begitu juga sebaliknya lingkungan berpengaruh
terhadap manusia. Kemampuan manusia untuk mengubah atau memodifikasi
lingkungannya tergantung sekali pada taraf social budayanya. Masyarakat
memiliki tingkat kemajuan social ekonomi yang yang berbeda-beda. Kita mengenal
masyarakat tradisional dan masyarakat modern, masyarakat tradisional sangat
tergantung kepada tradisi yang diwariskan dari nenek moyangnya. Sedangkan
masyarakat modern memilikikemajuan dalam bidang social dan ekonomi serta ilmu
dan teknologi. Masyarakat yang masih tradisional hanya mampu membuka hutan
secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakatnya. Sedangkan masyarakat
yang sudah maju social ekonomi dan budayanya dapat mengubah lingkungan hidup
sampai ke taraf yang tidak bisa dikembalikan lagi kepada kondisi semula (irreversible),
sehingga terjadi perubahan lingkungan yang sangat drastis. Sawah-sawah dirubah
menjadi perumahan dan gedung perkatoran, hutan-hutan dirubah menjadi sebuah
daerah pemukiman dalam waktu yang singkat, gunung-gunung dibelah menjadi jalan.
Manusia
memiliki keinginan yang besar untuk memamfaatkan sumber alam. Modisfikasi
lingkungan dengan tujuan memperbaiki nasib manusia tidak selalu berhasil dengan
baik bila tidak diperhatikan proses-proses yang terjadi di dalam ekosistem yang
mengikuti perubahan-perubahan tersebut. Apabila modifikasi lingkungan dilakukan
sedemikian rupa sehingga alam tidak dapat lagi mempertahankan keseimbangnannya,
maka akan terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Misalnya, banjir lumpur
panas di Sidoarjo Jawa timur akibat pengeboran minyak bumi yang menyalahi
ketentuan, atau banjir bandang akibat adanya penebangan hutan yang tidak
terkendali.
Contoh
lain, manusia sebagai mahluk hidup selain mendayagunakan unsur-unsur dari alam,
ia juga membuang kembali segala sesuatu yang tidak dipergunakannya lagi kembali
ke alam. Tindakan ini akan berakibat buruk terhadap manusia apabila jumlah
buangan sudah terlampau banyak sehingga alam tidak lagi dapat membersihkan
keseluruhannya (proses self purification terlampaui). Dengan demikian,
terjadi pengotoran lingkungan dan sumber daya alam yang sangat dibutuhan untuk
kehidupan manusia. Sebagai akibatnya manusia akan mengalami gangguan kesehatan.
1.
Definisi
Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
1) Menurut WHO (World Health
Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang
harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia.
2) Menurut HAKLI (Himpunan Ahli
Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia
dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat
dan bahagia.
3) Kesehatan
lingkungan adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara lingkungan dengan
kesehatan manusia, tumbuhan, dan hewan dengan tujuan untuk meningkatkan faktor
lingkungan yang menguntungkan dan mengendalikan faktor yang merugikan.
2.
Ruang
Lingkup Kesehatan Lingkungan
Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang
lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :
a. Penyediaan Air Minum.
b. Pengelolaan air Buangan dan
pengendalian pencemaran.
c. Pembuangan Sampah Padat.
d. Pengendalian Vektor.
e. Pencegahan/pengendalian pencemaran
tanah oleh ekskreta manusia.
f. Higiene makanan, termasuk higiene
susu.
g. Pengendalian pencemaran udara.
h. Pengendalian radiasi.
i.
Kesehatan
kerja.
j.
Pengendalian
kebisingan.
k. Perumahan dan pemukiman.
l.
Aspek
kesling dan transportasi udara.
m. Perencanaan daerah dan perkotaan.
n. Pencegahan kecelakaan.
o. Rekreasi umum dan pariwisata.
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan
dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan
untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup
kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992
ruang lingkup kesehatan lingkungan ada 8, yaitu :
1) Penyehatan Air dan Udara.
2) Pengamanan Limbah padat/sampah.
3) Pengamanan Limbah cair.
4) Pengamanan limbah gas.
5) Pengamanan radiasi.
6) Pengamanan kebisingan.
7) Pengamanan vektor penyakit.
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti
keadaan pasca bencana.
3.
Sasaran
Kesehatan Lingkungan
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari
pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :
1) Tempat umum : hotel, terminal,
pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis.
2) Lingkungan pemukiman : rumah
tinggal, asrama/yang sejenis.
3) Lingkungan kerja : perkantoran,
kawasan industri/yang sejenis.
4) Angkutan umum : kendaraan darat,
laut dan udara yang digunakan untuk umum.
5) Lingkungan lainnya : misalnya yang
bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana
perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.
4.
Masalah-Masalah
Kesehtan Lingkungan Di Indonesia
Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang
untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di
Indonesia permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain :
1) Air
Bersih.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum.
Usaha untuk mendapatkan Air Bersih |
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai
berikut :
Ø Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak
berasa, dan tidak berwarna.
Ø Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum
yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l).
Ø Syarat Mikrobiologis : Koliform
tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan
syarat sebagai berikut :
Ø Tanah permukaan tidak boleh terjadi
kontaminasi.
Ø Tidak boleh terjadi kontaminasi pada
air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur.
Ø Tidak boleh terkontaminasi air
permukaan.
Ø Tinja tidak boleh terjangkau oleh
lalat dan hewan lain.
Ø Tidak boleh terjadi penanganan tinja
segar ; atau, bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal
mungkin.
Ø Jamban harus babas dari bau atau
kondisi yang tidak sedap dipandang.
Ø Metode pembuatan dan pengoperasian
harus sederhana dan tidak mahal.
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
Ø Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu
: pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan
yang mengganggu.
Ø Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu
: privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah.
Ø Memenuhi persyaratan pencegahan
penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih,
pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
Ø Memenuhi persyaratan pencegahan
terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah
antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir.
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus
memperhatikan faktor-faktor /unsur, berikut:
Ø Penimbulan sampah. Faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya,
tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim,
musim, dan kemajuan teknologi.
Ø Penyimpanan sampah.
Ø Pengumpulan, pengolahan dan
pemanfaatan kembali.
Ø Pengangkutan.
Ø Pembuangan
Dengan
mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan
urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan
masalah-masalah ini secara efisien.
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit
penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk
penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes
sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki
Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya
dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff
(rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan
Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin
di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan
usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya
anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat
menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan
diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya
yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6) Makanan
dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran,
rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di
tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual
bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat
pengelolaan makanan meliputi :
Ø Persyaratan lokasi dan bangunan.
Ø Persyaratan fasilitas sanitasi.
Ø Persyaratan dapur, ruang makan dan
gudang makanan.
Ø Persyaratan bahan makanan dan
makanan jadi.
Ø Persyaratan pengolahan makanan.
Ø Persyaratan penyimpanan bahan
makanan dan makanan jadi.
Ø Persyaratan peralatan yang
digunakan.
Ø Pencemaran Lingkungan
Pencemaran
lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara.
Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door
air pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta
gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah
kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam
ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan
bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi
saluran pernafasan bagi anak balita. Mengenai masalah out door pollution atau
pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada
kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan
resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota
dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar.
Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di
masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar
diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran
pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual penerbangan,
terganggunya ekologi hutan.
Lingkungan sangat luas
cakupannya. Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar. Menurut
kebutuhan, lingkungan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Ø Lingkungan hidup (biotis) dan lingkungan tak hidup (abiotis).
Ø Lingkungan alamiah dan lingkungan buatan.
Ø Lingkungan prenatal dan lingkungan post natal.
Ø Lingkungan biosfir dan lingkungan psikososial.
Ø Lingkungan air (hidrosfir), lingkungan udara (atmosfir),
lingkungan tanah (litosfir), lingkungan biologi (biosfir), dan lingkungan
sosial (sosiosfir).
Ø Kombinasi dari klasifikasi-klasifikasi tersebut.
B. EKOSISTEM
Keseimbangan
suatu ekosistem akan terjadi, bila komponen-komponennya dalam jumlah yang
berimbang. Komponen-komponen ekosistem mencakup : Faktor Abiotik, Produsen,
Konsumen, Detritivora, dan Dekomposer (Pengurai). Di antara
komponen-komponen ekosistem terjadi terjadi interaksi, saling membutuhkan dan
saling memberikan apa yang menjadi sumber penghidupannya. Kita tidak dapat
menyangkalnya, bahwa penyokong kehidupan di dunia adalah diciptakannya oleh
Allah mula-mula faktor abiotik yang menyokong kehidupan tumbuh-tumbuhan sebagai
produsen; kemudian tumbuh-tumbuhan menjadi penyokong kehidupan organisme
lainnya (binatang dan manusia) sebagai konsumen maupun detritivora, dan
akhirnya decomposer (bakteri dan jamur) mengembalikan unsur-unsur pembentuk
makhluk hidup kembali ke alam lagi menjadi faktor-faktor abiotik; demikian
seterusnya terjadilah daur ulang materi dan aliran energi di alam secara
seimbang. Sumber energi untuk kehidupan di bumi adalah energi matahari,
kemudian diikat dan digunakan oleh tumbuhan untuk mensintesis zat-zat anorganik
sederhana menjadi zat-zat organic yang mengandung energi. Kandungan materi dan
energi dari tumbuhan tersebut dipindahkan ke hewan atau manusia melalui proses
rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan, yang akhirnya materi dan energi
kembali beredar lagi ke alam melalui proses pembusukan/perombakan yang
dilakukan oleh dekomposer/pengurai.
Adanya
saling ketergantungan antara faktor abiotik dengan faktor biotik, dan hubungan
antar komponen di dalam faktor biotik sendiri, menunjukkan bahwa kehidupan
manusia bergantung kepada kehidupan makhluk lainnya maupun kehidupan antar
manusia sendiri. Pelajaran ini memberikan petunjuk bahwa manusia tidak bias
menyombongkan diri atau tidak merasa butuh terhadap lainnya, apalagi manusia sebagai
insane sosial sehingga tidak sepantasnya manusia yang satu membunuh manusia
lainnya. Sebagai manusia adalah tidak berhak mencabut hak orang lain, kecuali
kehendak dari Allah.
Faktor
abiotik sangat menentukan dalam sebaran dan kepadatan organisme dalam suatu
daerah. Hal ini berkaitan erat dengan masalah adaptasi dan suksesi organism
terhadap faktor-faktor lingkungannya. Adaptasi adalah suatu kemampuan makhluk
hidup menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya; bisa melalui adaptasi
morfologi, fisiologi dan adaptasi perilaku dari organisme yang berada dalam
lingkungan yang ditempatinya. Adaptasi : (L. adaptare =
menyesuaikan kepada, mencocokkan diri) Suatu proses menyesuaikan diri organisme
terhadap lingkungannya, mencakup tiga jenis, yaitu:
1.
Adaptasi Morfologis.
Suatu jenis
adaptasi menyangkut perubahan bentuk struktur tubuhnya disesuaikan dengan
lingkungan hidupnya. Misalnya: Ikan bergerak dengan sirip, karena alat gerak
yang cocok untuk hidup perairan adalah sirip, sedangkan hewan yang hidupnya di
darat bergerak dengan kaki-kakinya. Pada golongan tumbuhan yang hidupnya di
rawa pantai, ia memiliki buah/biji yang sudah berakar sebelum jatuh ke lumpur
pantai agar dapat terus tumbuh di lingkungan tersebut, seperti golongan
Rhizophora (tumbuhan bakau).
2.
Adaptasi Fisiologis.
Suatu
jenis adaptasi menyangkut perubahan kerja faal organ tubuh disesuaikan dengan
lingkungan hidupnya. Misalnya, golongan Amphibia semasa larva yang hidup di air
bernapas dengan insang, sedangkan setelah dewasa hidup di darat bernapas dengan
paru-paru. Pada tumbuhan adaptasi fisiologi ditunjukkan oleh luas permukaan
daun-daunnya sehubungan dengan lingkungan hidupnya, seperti: tumbuhan serofit
(hidup di gurun/ daerah kering, seperti kaktus) memiliki daun-daunnya
serupa duri atau sempit saja, sedangkan tumbuhan hidrofit (hidup di air,
seperti eceng gondok) memiliki daun-daunnya berukuran lebar-lebar dan batangnya
berongga untuk mengimbangi kadar air tubuhnya dengan masalah penguapan yang
terjadi.
3.
Adaptasi Perilaku.
Suatu
jenis penyesuaian diri pada makhluk hidup yang ditunjukkan oleh perilakunya
disebabkan oleh factor lingkungan. Contohnya, perubahan warna tubuh bunglon
terhadap warna lingkungan di mana ia berada; bunglon berwarna hijau, jika
berada di daun-daunan, dan ia berwarna hitam keabu-abuan jika berada di tanah.
Contoh lainnya, lumba-lumba memiliki kebiasaan meloncat-loncat di atas
permukaan air untuk menghirup udara, karena bernapas menggunakan paru-paru.
I.
Hubungan Faktor Abiotik dengan
Abiotik.
Dalam Al-Quran
Surat As-Sajadah ayat 27 tersebut di sebutkan bahwa air mempengamhi keadaan
tanah menjadi subur atau tandus. Tanah menjadi subur apabila terdapat cukup air
yang berguna untuk menumbuhkan berbagai tumbuh-tumbuhan, yang mendukung
kehidupan suatu organisme lainnya (hewan dan manusia). Keadaan curah hujan
adalah menentukan kesuburan suatu lahan pertanahan di dunia, air sebagai sumber
kehidupan dapat kita kenali diberbagai daerah di dunia, seperti:
Ø Gurun
:
daerah yang sangat sedikit curah hujannya, sangat sedikit bentuk-bentuk
kehidupan organismenya. Tumbuhan yang bisa tumbuh di daerah ini secara alami
adalah jenis kaktus dengan bentuk daunnya yang rudimenter dan batangnya
berklorofil.
Ekosistem Gurun |
Ø Hutan
Tropis: daerah yang sangat tinggi curah hujannya; di sini
sangat banyak ditemukan keanekaragaman tumbuhan yang berdaun lebar guna
mengimbangi kadar air tubuhnya.
Ekosistem Hutan Tropis |
Air
sebagai sumber kehidupan di planet bumi atau planet lain disebutkan dalam
berbagai surat Al-Quran lainnya, seperti: Ar- Rum (30): 24, Lukman (31): 10,
Faathir (35): 27, dan lain-lain. Tubuh makhluk hidup sebagian besar
komposisinya adalah air. Peranan air bagi kehidupan sangat banyak dari mulai sebagai
sumber kehidupan sampai kepada keperluan kegiatan sehari-hari seperti untuk
minum, mandi, mencuci, dan sebagainya. Bagi tumbuhan air diperlukan untuk
kegiatan fotosintesis, alat pengangkutan zat, dan kegiatan metabolisme
tubuhnya.
II.
Hubungan Faktor Biotik dengan
Biotik.
Kehidupan suatu
organisme tidak bisa sendiri-sendiri, tetapi bergantung kepada organisme
lainnya, baik untuk kepentingan sumber-sumber penghidupannya atau makanan,
perkembangbiakan, maupun sebagai habitat (tempat tinggal). Untuk mendapatkan
sumber-sumber penghidupan tersebut, terjadilah interaksi antara organism yang
satu dengan organisme lainnya melalui apa yang disebut "Rantai
Makanan" dan "Jaring-Jaring Makanan" di alam,
sehingga makhluk hidup bisa mempertahankan kehidupan dan penghidupannya di
bumi. Al-Quran Surat As-Sajadah ayat 27 itupun menggambarkan adanya Rantai
Makanan. Adapun Jaring-Jaring Makanan, yaitu perluasan dari Rantai Makanan,
yang setiap mata rantainya bisa bercabang-cabang dan berhubungan satu sama lain
hingga membentuk seperti bangun jaring yang memperlihatkan proses makan di
antara organisme di alam.
Kehidupan lebah
merupakan contoh kehidupan organisme yang tidak merusak lingkungan dan bersifat
menguntungkan kepada lainnya. Dalam mencari makan ia tidak memakan makanan yang
kotor, tetapi makanan yang bersih (halal). Demikian pula ia mendatangi bunga
yang satu ke bunga lainnya adalah tidak merusakkan ranting-ranting tumbuhan
yang dihinggapinya. Selanjutnya kehidupan lebah bersifat menguntungkan atau
berguna bagi lainnya, karena ia dapat membantu penyerbukan bunga-bunga tumbuhan
dan menghasilkan madu yang sangat penting bagi dunia kesehatan atau pengobatan
suatu penyakit, dan dikenal sebagai penghasil royal jelly. Tetapi bila lebah
ini diganggunya, maka ia tidak segan-segan akan mengejarnya dan membalasnya
dengan sengatan yang pedih.
III.
Hubungan Faktor Abiotik dengan
Biotik.
Dalam uraian di
atas sudah dikemukakan bahwa air sebagai sumber kehidupan, karena adanya air
dapat menyuburkan suatu lahan pertanahan untuk menumbuhkan berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi bahan makanan hewan maupun manusia. Bagian di
permukaan bumi yang bisa didiami oleh makhluk hidup atau adanya kehidupan suatu
organisme disebut Biosfer. Daerah-daerah tertentu yang memperlihatkan dominasi
populasi atau komunitas tertentu disebut Bioma, seperti daerah tundra, stepa,
savana, taiga, gurun, hutan tropis, dan sebagainya. Adapun lingkungan abiotik
yang cocok bagi adaptasi dan suksesi suatu organism disebut Habitat, dan
habitat khusus bagi suatu populasi disebut Niche atau Nicchia. Populasi
yang sama dapat menempati satu Niche, tetapi populasi yang berbeda tidak bisa
menempati satu Niche, karena akan menimbulkan persaingan hidup. Pada uraian di
atas ditunjukkan bahwa faktor abiotik merupakan penyokong kehidupan makhluk
hidup, dimulai dari tumbuhan sebagai Produsen, kemudian hewan manusia sebagai
Konsumen, maupun organisme lainnya yang berfungsi sebagai Detritivora dan
Dekomposer/Pengurai. Tumbuh-tumbuhan sebagai Produsen tampaknya merupakan jenis
makanan yang pertama ada untuk jenis organisme lainnya, termasuk oleh manusia.
Hubungan faktor Biotik dengan Biotik terjadi, karena pada dasarnya setiap
organism tidak bisa hidup sendiri, tetapi bergantung kepada lainnya. Adanya
ketergantungan antar organisme ini disebabkan oleh kebutuhan hidup, seperti
mendapatkan makanan, perkembang biakannya, tempat tinggal (habitat), dsb.
C. KEHIDUPAN
SIMBIOSIS
Pelajaran
dari berbagai simbiosis pada makhluk hidup di lingkungan, ada yang bersifat
mutualisme, parasitisme, predatorisme, komensalisme, dan simbiosis
antibiosisme, yaitu:
1.
Simbiosis Komensalisma.
Yaitu simbiosis
yang bersifat anggota pasangannya tidak merasa dirugikan, tetapi anggota
lainnya diuntungkan. Misalnya, kehidupan ikan remora (ikan kecil) yang menempel
pada tubuh ikan hiu sewaktu ingin berpindah ke zone perairan lainnya. Ikan hiu
ini tidak menggubris keberadaan ikan remora yang menempel pada tubuhnya.
Beberapa jenis tumbuhan dapat hidup berdampingan sehingga manusia dapat
memanfaatkannya dalam pertanian sistem ganda dan sistem tumpang sari. Jika ada
kehidupan manusia yang kuat ekonominya dapat menjadi bapak angkat bagi manusia
yang ekonomi lemah, maka tampaknya kemiskinan dalam kehidupan manusia dapat
diberantas, dan terciptalah kehidupan manusia yang adil dan makmur. Allah
memperingatkan kepada manusia yang mendapat rizki yang berlebih diterimanya ada
hak bagi manusia lainnya seperti yang tergolong fakir miskin dan anak
yatim-piatu(Q.S.Al-Mukminun:2-3).
2.
Simbiosis Mutualisma.
Yaitu simbiosis
yang bersifat saling menguntungkan. Misalnya, antara golongan algae (ganggang)
dengan jamur yang membentuk lichenes (lumut kerak), baik antara tumbuhan
prokarion dengan tumbuhan eukarion (Cyanophyta dengan Ascomycotina menghasilkan
Ascolichenes; contohnya Peltigera) maupun antar tumbuhan eukarion
(Chlorophyta dengan Ascomycotina, contohnya Parmelia; dan Chlorophyta
dengan Basidiomycotina menghasilkan Basidiolichenes,
contohnya Cora pavonia). Bentuk pasangan tumbuhan tingkat rendah ini
menjadi satu kekuatan yang besar menjadi tumbuhan perintis, karena mereka (lichenes)
menjadi mampu hidup di batu-batuan di mana jenis tumbuhan lain tidak bisa
tumbuh di sana. Batuan yang telah ditumbuhi oleh lichenes akhirnya menjadi
lapuk dan berubah menjadi tanah untuk tumbuhnya jenis tumbuhan lainnya. Bentuk
pasangan tumbuhan yang bersifat kekerabatan atau simbiosis yang saling
menguntungkan tersebut memberikan petunjuk kepada manusia untuk bisa menirunya
dalam kehidupan manusia dan untuk kesejahteraan hidupnya, seperti halnya pada
lichenes yang bersifat simbiosis mutualistis dan diisyaratkan dalam
Q.S.Al-Hujurat:13. Lichenes : (Gk. leichen = lumut kerak, lihens)
Suatu organisme berbentuk thallus sebagi hasil simbiosis antara golongan jamur
dengan algae tertentu, yang dikenal dengan sebutan lumut kerak. Lumut kerak
adalah bukan lumut, hanya ada yang bentuknya mirip lumut hati. Golongan jamur
yang membentuk Lichenes adalah kelas Basidiomycetes dan Ascomycetes,
sedangkan pasangan algae-nya dari golongan Chlorophyta dan Cyanophyta yang
bersel satu. Jamur mengadakan simbiosis dengan algae, karena ia sendiri tidak
dapat berfotosintesis sehingga perlu mendapat zat-zat makanan dari algae itu,
sebaliknya algae bersimbiosis dengan jamur, karena ia yang tubuhnya bersel satu
adalah sangat renta terhadap kondisi alam sehingga perlu berlindung kepada
organisme yang massanya lebih besar dan memperoleh air secara cukup dari jamur
itu. Dengan adanya simbiosis hidup tersebut, golongan lichens mampu hidup di
tempat-tempat yang makhluk hidup lainnya tidak dapat hidup padanya, seperti di
batuan-batuan, sehingga dikenal dengans sebutan sebagai organisme perintis bagi
kehidupan di bumi.
Bentuk thallus
dari Lichenes ada tiga tipe, yaitu:
1)
Tipe Foliose,
yaitu: thallusnya serupa lembaran atau memipih cukup lebar dan mudah dilepaskan
dari substratnya; contohnya: Peltigera, Parmelia, Lobaria, dll.
2)
Tipe Fruticose,
yaitu: thallusnya berbentuk silindris atau agak pipih dengan posisi tubuhnya
tegak atau menggantung pada suatu ranting tumbuhan lain; contohnya: Usnea,
Cladonia, dan Ramalina, dll.
3)
Tipe Crustose,
yaitu: thallusnya berbentuk pipih dan halus melekat dengan substratnya sehingga
dilepaskan dari inangnya; contohnya: Graphis.
3.
Simbiosis Parasitisme.
Yaitu simbiosis
yang bersifat salah satu dari pasangannya ada yang diuntungkan dan yang lainnya
dirugikan. Bentuk simbiosis ini, organisme yang diuntungkan disebut parasit ,
karena mengambil keuntungan dari kehidupan organisme lainnya, sedangkan
organisme yang dihisapnya sebagai tempat sumber kehidupan parasitnya disebut
inang atau hospes. Misalnya, antara kehidupan tumbuhan benalu (Loranthus sp.)
dengan tumbuhan pohon lainnya (mangga, alpukat, tanaman teh, dll.). Simbiosis
parasitisme antara benalu dengan tanaman teh dapat dimanfaatkan oleh manusia
untuk membuat teh hijau (the anti kanker), karena tanaman teh ini berdampak
membentuk zat semacam antibody terhadap serangan benalu. Simbiosis parasitisme
yang terjadi pada hewan dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam system
pemberantasan hama secara biologis, yaitu dengan memanfaatkan lalat-lalat Diatraeophaga
strialis (Famili: Tachinidae), jenis lebah tabuhan yang membuat
sarangnya dari tanah adalah hiperparasit terhadap ulat-ulat hama padi, tebu dan
sebagainya. Berdasarkan cara mendapatkan makanannya dikenal ada dua macam
parasit, yaitu:
a) Parasit
sejati.
Ialah parasit
yang hidupnya sepenuhnya bergantung kepada hospesnya, termasuk pula
kebergantungan dalam menyelesaikan daur hidupnya. Pada golongan tumbuhan yang
dikenal sebagai parasit sejati ialah tumbuhan tali putri (Cuscuta filiformis),
karena ia tidak mengandung klorofil atau tidak dapat berfotosintesis sehingga
kehidupannya bergantung kepada tumbuhan lain. Pada golongan hewan yang bersifat
parasit sejati contohnya, kehidupan lalat Tachinidae terhadap ulat penggerek
batang tebu yang digunakan sebagai tempat bertelur dan tempat hidupnya
larvanya; dengan sifatnya tersebut lalat ini digunakan sebagai pembeantasan
hama tanaman tebu secara biologis.
b) Semi-parasit.
Ialah parasit
yang hidupnya tidak sepenuhnya bergantung kepada organisme lain, karena ia
sendiri dapat berfotosintesis, hanya sebagian bahan yang diperlukan bersumber
kepada organisme lainnya atau memerlukan hospes. Contohnya: benalu (Loranthus
sp.) dan paku picisan (Drymoglossum heterophylla).
Berdasarkan
jenis hospesnya, dikenal ada beberapa macam parasit seperti:
a) Parasit
obligat ialah parasit yang seluruh kehidupannya memerlukan
hospes tertentu, dan hospesnya tidak dapat digantikan oleh organisme lainnya.
b) Parasit
fakultatif ialah parasit yang hidupnya tidak
bergantung pada satu jenis hospes, tetapi dapat berganti-ganti hospes.
Dalam
hal hubungan tersebut dikenal ada dua macam hospes, yaitu:
a) Hospes
definitif ialah hospes yang digunakan sebagai tempat melakukan
perkembanganbiakan seksual bagi suatu parasit. Contohnya: nyamuk Anopheles
digunakan sebagai tempat perkembangbiakan seksual (generatif) bagi Plasmodium
(penyebab penyakit malaria).
b) Hospes
perantara (karier) ialah hospes yang digunakan sebagai
tempat untuk menyelesaikan satu fase kehidupannya. Contohnya: siput Limnea
javanica digunakan sebagai tempat pembentukan sporokista dari cacing hati (Fasciola
hepatica) sebelum menjadi cacing dewasanya. Malaria (L. mal =
buruk + aria = udara) Suatu penyakit demam yang disebabkan oleh
Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk dari genus Anopheles, yang gejalanya
dimulai dari timbulnya rasa dingin menggigil dirasakan oleh penderita, demam,
dan penurunan panas disertai pengeluaran keringat yang banyak. Berdasarkan
gejala demamnya, dikenal ada tiga macam malaria, yaitu:
1) Malaria
tertiana, yaitu malaria yang gejala demamnya selang
sehari,dan penyebabnya ialah Plasmodium vivax;
2) Malaria
kuartana, yaitu malaria yang gejala demamnya selang dua
hari, dan penyebabnya ialah Plasmodium malarie;
3) Malaria
tropikana, yaitu malaria yang gejala demamnya tidak teratur;
dapat terjadi tiap hari, bersifat gawat seringkali bersifat fatal, dan
penyebabnya ialah Plasmodium falciparum.
4.
Simbiosis Predatorisme.
Yaitu simbiosis
yang bersifat organisme yang satu menjadi pemangsa dan organisme yang lainnya
menjadi mangsanya. Adanya simbiosis ini melahirkan terbentuknya Rantai
Makanan dan Jaring-jaring Makanan dalam kehidupan agar terjadi
pelestarian pada makhluk hidup. Contoh, manusia sering memelihara kucing untuk
tujuan membasmi tikus-tikus di rumahnya, di samping ia menyenangi warna
bulunya. Sekalipun para predator itu tampaknya jahat dalam menerkam mangsanya,
sebetulnya mereka dibimbing oleh naluri untuk kebutuhan hidupnya dan tidak
rakus jika sudah mengenyangkan perutnya. Bahkan dalam hal pelestarian alam
hayati, keberadaan predator sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan
populasi suatu ekosistem. Bagaimana halnya dengan manusia di lingkungannya?
5.
Simbiosis Antibiosisme.
Yaitu simbiosis
yang bersifat organisme yang satu dapat meracuni kehidupan organisme
pasangannya disebabkan oleh zat antibiotik yang dihasilkannya. Contoh, jamur Penicillium
yang tumbuh pada koloni jamur lainnya dapat meracuninya dengan zat
penisilin yang dihasilkannya. Adakah manusia yang bersifat antibiosisme di
masyarakat, yang dapat menimbulkan malapetaka terhadap kehidupan manusia
lainnya? Adanya pasangan-pasangan bukan hanya terjadi pada berbagai jenis
tumbuhan saja, tetapi pada jenis-jenis hewan, yang kesemuanya memberi pelajaran
kepada manusia bahwa dalam kehidupan manusia pun terdapat manusia-manusia yang
memiliki sifat berguna terhadap orang lain, bersifat merugikan terhadap orang
lain (penjahat, pencuri, perampok, penipu, dan sejenisnya), atau sekedar
persahabatan antar sesama manusia.
KONSEP SEHAT DAN SAKIT
Desease (penyakit) gangguan fungsi fisiologis dari
suatu organisme sebagai akibat terjadi infeksi atau tekanan dari lingkungan.
(konsep patologi). Illness (Sakit) adalah Penilaian individu terhadap
pengalaman menderita suatu penyakit (konsep kebudayaan). Menurut WHO
Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental
dan sosial, bukan sematamata bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan.
Konsep
dari WHO Manusia dikatakan sehat adalah :
1. Tidak
Sakit.
2. Tidak
Lemah.
3. Bahagia
secara rohani.
4. Tidak
Cacat.
5. Sejahtera
secara social.
6. Fit
secara jasmani.
Keadaan sakit “ sakit” merupakan akibat dari
kesalahan adaptasi lingkungan (Maladaptation)
dan reaksi antara manusia dan
sumber-sumber penyakit. “Sakit”
berarti suatu keadaan yang memperlihatkan adanya keluhan dan gejala sakit secara subyektif dan obyektif, sehingga penderita butuh pengobatan
untuk menjadi sehat. Tanda-tanda sakit menurut Cecil Helman :
Ø Terjadinya perubahan pada tampilan tubuh seperti jadi
kurus, perubahan warna kulit, rambut rontok.
Ø Perubahan fungsi tubuh seperti frekuensi berkemih,
menstruasi yang banyak, irama jantung yg tidak biasa.
Ø Pengeluaran sesuatu dari tubuh yang tidak biasa
seperti darah dalam urine, dahak, buang air besar.
Ø Perubahan fungsi anggota tubuh (kaku).
Ø Perubahan panca indera: kurang pendengaran,
penglihatan, mati rasa.
Ø Simptom fisik berupa ketidak nyamanan seperti rasa
sakit, sakit kepala, sakit perut, demam, menggigil.
Ø Perubahan emosi seperti gelisah, depresi, rasa takut
yang sangat.
Ø Perubahan perilaku dalam hubungan dengan orang lain,
ada masalah keluarga atau pekerjaan.
Dalam Undang Undang No. 9
Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab 1, Pasal 2 dinyatakan bahwa
“Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan (somatik), rohani (jiwa) dan sosial
dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”.
Kesehatan Lingkungan merujuk pada kharakteristik kondisi lingkungan yang
dapat mengganggu kesehatan, terutama aspek : a) Gaya hidup. Miras, rokok, narkoba, makanan
berlemak. b) Bahan toksik. Mikroorganisme patogen, logam berat, B3. c) Bahaya fisik. Kebisingan, sinar ultra-violet, debu di udara. d) Keadaan lainnya. Kondisi tropis, adat kebiasaan yang tidak sejalan
dengan konsep kesehatan, dll.
Tingkatan Perhatian terhadap Kesehatan Lingkungan :
Ø Bare Survival. Pengendalian wabah utama dan pengendalian minimal
sanitasi makanan dan minuman.
Ø Control of Disease and Injury. Pengendalian penyakit endemis, gizi dan luka.
Ø Efficient Performance. Diet yang bagus, pemeliharaan lingkungan.
Ø Comfort. Kepuasan lingkungan, estetika dan kenyamanan hidup.
Ø Human Survival. Kelangsungan hidup species manusia.
Peran Lingkungan Dalam Menimbulkan Penyakit :
Ø Lingkungan sebagai faktor predisposisi (Faktor kecenderungan).
Ø Lingkungan sebagai penyebab penyakit (Penyebab langsung penyakit).
Ø Lingkungan sebagai media transmisi penyakit (Sebagai perantara penularan penyakit).
Ø Lingkungan sebagai faktor mempengaruhi perjalanan suatu penyakit (Faktor penunjang).
Ilmu kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang
menitik beratkan pada usaha perencanaan, pengorganisasian, penyusunan
staff, pengarahan, koordinasi, penggalian dana, serta evaluasi semua aktivitas
pengendalian lingkungan sehingga meningkatkan perkembangan fisik, derajat
kesehatan serta kelangsungan hidup manusia.
D. DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu, 1997, Ilmu Sosial Dasar, Ed.Baru, Jakarta : Rineka Cipta
Elly.M.Setiadi,
dkk, 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta : Kencana Prenada Media
Group
Soemirat,
Juli, 2000, Kesehatan Lingkungan, Jogjakarta : Gadjah Mada
University\Press
Modul
Acuan Proses Pembelajaran MBB, 2003. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Ilmu
Kealaman dasar, Jakarta :Depdiknas, Dikti
Nursyid
Sumaatmadja, 2002, Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi, Bandung :
Alfabeta
Tim
MKDU UPI, 2005 Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi,
Bandung : Value Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar