HUBUNGAN
MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN
OLEH : JONNIMAR
NPM : 13131011021
DOSEN PEMBIMBING : Prof. SUPLI EFFENDI RAHIM
OLEH : JONNIMAR
NPM : 13131011021
DOSEN PEMBIMBING : Prof. SUPLI EFFENDI RAHIM
I.
PENDAHULUAN
Manusia
dan lingkungan memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan.Manusia
sangatbergantung pada lingkungan yang memberikan sumberdaya alam untuk tetap
bertahan hidup.Adanya keterbatasan daya dukung (carrying capacity)
lingkungan, menyebabkan manusia harusmemperhatikan kelestarian lingkungan agar
fungsi-fungsi lingkungan dapat berjalan sehinggadapat mendukung penghidupan
berkelanjutan.
Berbagai
kasus lingkungan hidup yang terjadi saat ini lokal, regional, nasional,
internasional sebagian besar bersumber dari perilaku manusia.Kasus-kasus
pencemaran dan kerusakan, seperti di laut, hutan, atmosfer, air dsb.Bersumber
dari perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli danhanya
mementingkan diri sendiri (dalam jangka pendek).
A.
Pengertian
Manusia.
Manusia
adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang
tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam
dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun negatif.
Manusia
adalah makhluk yang terbukti berteknologi tinggi. Ini karena manusia memiliki
perbandingan massa otak dengan massa tubuh terbesar diantara semua makhluk yang
ada di bumi. Walaupun ini bukanlah pengukuran yang mutlak, namun perbandingan
massa otak dengan tubuh manusia memang memberikan petunjuk dari segi
intelektual relatif.
Manusia
atau orang dapat diartikan dari sudut pandang yang berbeda-beda, baik itu menurut biologis, rohani, dan istilah
kebudayaan, atau secara campuran. secara biologis, manusia diklasifikasikan
sebagai homo sapiens (bahasa latin untuk manusia) yang merupakan sebuah spesies
primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Manusia
juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang
menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil. Manusia
pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya
dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
![]() |
Bentuk sosial hubungan manusia antar sesamanya |
B. Pengertian Lingkungan.
Lingkungan adalah suatu media dimana makhuk hidup
tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas
yang terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang
menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks.
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari
lingkungannya.Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.Kita bernapas
memerlukan udara dari lingkungan sekitar.Kita makan, minum, menjaga kesehatan,
semuanya memerlukan lingkungan. Pengertian lain dari lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan
manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik
dan abiotik.Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa
teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di
sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan
yang ada disekitarnya.Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan
tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada disekitar.
Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama
manusia disebut juga sebagai lingkungansosial.Lingkungan sosial inilah yang
membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian
seseorang.
![]() |
Kerusakan lingkungan karena bencana |
C. Korelasi Antara Manusia dengan Lingkungan.
1. Pengertian
Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi
antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainya.Berasal dari kata Yunani
oikos (“habitat”) dan logos (“ilmu”).Ekologi berarti ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya.Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernest Haecke
(1834-1914). Dalam ekologi,makhluk hidup
dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Kita mengenal beberapa definisi untuk ekologi,
misalnya:
Ø Ekologi
ialah cabang biologi yang mempelajari hubungan timbal balik manusia dengan
lingkungannya.
Ø Ekologi
ialah studi ilmiah tentang interaksi yang menentukan penyebaran dan kepadatan
makhluk hidup.
Ø Ekologi
ialah biologi lingkungan.
Bertolak dari definisi ekologi ialah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya maka
ekologi dapat juga diartikan sebagai imu yang membahas hubungan manusia dan
lingkungannya dipandang dari kepentingan dan kebutuhan manusia terhadap lingkungan itu sendiri.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif
baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai
pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya.Ekologi mempelajari bagaimana
makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan
antara makhluk hidup dengan benda tidak hidup di tempat hidup atau
lingkungannya.Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi
dengan zoologi dan botani yang menggambarkan bahwa ekologi mencoba memperkirakan
dan menggambarkan sebagai besar rantai makanan manusia.
Para ahli ekologi mempelajari perpindahan energi dan
materi dari makhluk hidup yang satu kepada makhluk hidup yang lain dalam
lingkungannya serta faktor-faktor yang menyebabkannya. Serta perubahan populasi
atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang
menyebabkannya.Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk
hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Kini para
ekolog(orang yang mempelajari ekologi) berfokus kepada ekowilayah bumi dan
riset perubahan iklim.
Terkadang ekologi dibandingkan dengan antropologi,
sebab keduanya menggunakan banyak metode untuk mempelajari suatu hal yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.Antropologi ialah tentang bagaimana
tubuh dan pikiran kita dipengaruhi lingkungan kita, sedangkan ekologi ialah
tentang bagaimana lingkungan kita dipengaruhi tubuh dan pikiran kita.
2. Lingkungan Hidup Manusia.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Pasal 1
Angka 1 mengartikan Lingkungan Hidup sebagai “kesatuan ruang dengan kesemua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya”.
Manusia hidup, tumbuh, dan berkembang dalam
lingkungan alam dan budayanya.Dalam lingkungan alamnya manusia hidup dalam
sebuah ekosisten yakni, suatu unit atu satuan fungsional dari makhluk-makhluk
hidup dengan lingkungannya. Dalam ekosisten terdapat komponen abiotik pada
umumnya merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi makhluk-makhluk hidup
diantaranya: tanah, udara atau gas-gas yang membentuk atmosfer, air, cahaya,
suhu atau temperatur, Sedangkan komponen biotik diantaranya adalah: produsen,
konsumen, pengurai.
Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan
lingkungan hidupnya, lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah
lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan.Dari sinilah lahir
peradapan istilah Toynbee sebagai akibat dari kemampuan manusia mengatasi lingkungan.Lingkungan
hidup tidak bisa di pisahkan dari ekosistem atau system ekologi.Ekosistem
adalah satuan kehidupan yang terdiri atas suatu komunitas makhluk hidup (dari
berbagai jenis) dengan berbagai benda mati membentuk suatu system.Lingkungan
hidup pada dasarnya adalah suatu system kehidupan dimana terdapat campur tangan
manusia terhadap tatanan ekosistem.Manusia adalah bagian dari
ekosistem.Lingkungan dapat pula berbentuk lingkungan fisik dan non
fisik.Lingkungan alam dan buatan adalah Lingkungan fisik.Sedangkan lingkungan
nonfisik adalah lingkungan social budaya dimana manusia itu berada.Lingkungan
amat penting bagi kehidupan manusia.
Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan
oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karma lingkungan memiliki
daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perkehidupan manusia
dan makhuk hidup lainya arti penting lingkungan bagi manusia karena lingkungan
merupakan tempat hidup manusia, Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan
manusia, Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang
mendiaminya.
II.
MANUSIA MEMPUNYAI BANYAK KEBUTUHAN
TERHADAP SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Lingkungan yang merupakan kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya, bagaimanapun juga akan tercemar, dengan
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain
kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia
atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya.
Oleh karena itu fakta yang menunjukkan bahwa tingkat
kerusakan lingkungan sudah sangat tinggi dan cenderung makin meninggi, relatif
mudah untuk ditemukan. Berita tentang terjadinya pencemaran lingkungan, baik
pencemaran udara, air maupun tanah dengan segala aspek yang terdapat didalamnya
sering kita temukan baik di dalam media massa cetak maupun media elektronik.
Fenomena mengindikasikan bahwa kerusakan lingkunagn sudah merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari kehidupan manusia.Mengingat bahwa pembangunan merupakan
aktifitas utama dari setiap Negara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
warganya, dapat dikatakan bahwa kerusakan lingkungan sudah merupakan bagian
yang tidak dapat dihindarkan dari kegiatan pembangunan.
Lingkungan yang tercemar akibat kegiatan manusia
maupun proses alam akan berdampak negative pada kesehatan, kenikmatan hidup,
kemudahan, efisiensi, keindahan, serta keseimbangan ekosistem dan sumber daya
alam. Oleh karena itu perlindungan lingkungan merupakan suatu keharusan apabila
meninginkan lingkungan yang lestari sehingga kegiatan ekonomi dan kegiatan lain
dapat berkesinambungan.
Apabila demikian halnya maka pengelolaan lingkungan
hidup merupakan suatu keharusan.Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian,
pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup bertujuan :
1. Memperoleh
keselamatan hubungan antara manusia dan lingkungan.
2. Mengendalikan
pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
3. Mewujudkan
manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup.
4. Melaksanakan
pembangunan berwawasan lingkungan hidup untuk generasi sekarang maupun yang
akan datang.
5. Melindungi
negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan
dan pencemaran lingkungan.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengelolaan
lingkungan hidup merupakan penaggulangan dampak negatif kegiatan manusia yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan. Dengan telah ditentukannya tujuan
pengelolaan lingkungan hidup maka tugas selanjutnya ialah menetukan strategi,
kebijaksanaan dan langkah/ taktik pengelolaan lingkungan hidup.Strategi dalam
hal ini adalah haluan dalam garis besar sedang kebijaksanaan adalah upaya atau
tindakan umum untuk mencapai tujuan, langkah atau taktik adalah upaya terinci
untuk mencapai tujuan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
Perlindungan lingkungan yang bertujuan memperoleh
kualitas lingkungan yang baik, baik sekarang maupun yang akan datang,
memerlukan usaha yang sungguh-sungguh terutama dalam hal :
1. Inventarisasi
situasi lingkungan sekarang.
2. Lembaga
serta organisasi yang khusus menangani masalah lingkungan baik di pusat maupun
di daerah terutama menentukan penyimpangan, denda, kepada siapa denda harus
dibayar, serta yang membuat laporan tahunan situasi kualitas lingkungan per
tahun.
3. Cara
penyelesaian soal secara ilmiah, terencana dan politis.
4. Evaluasi
terus-menerus terhadap program-program lingkungan serta persyaratan-persyaratan
pembangunan proyek-proyek yang harus memenuhi atau mengajukan laporan, selain
dampak sosial ekonomis proyek, juga dampak proyek pada lingkungan hidup.
Sementara ini telah diundangkan Undang-undang RI No.
23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk menggantikan Undang-undang
No. 4 tahun 1982. Undang-undang inilah yang akan menjadi pokok dasar tolak
undang-undang lain, peraturan pelaksanannya serta kebijaksanaan pemerintah. Untuk
dapat menilai apakah kebijaksanaan itu cukup baik atau tidak tergantung pada
apakah kebijaksanaan tersebut memenuhi kriteria tertentu. Kriteria menilai
kebijaksanaan terhadap lingkungan tersebut adalah :
1. Kebijaksanaan
harus dapat diandalkan (dependable) artinya kebijaksanaan itu harus dapat
dipercaya dalam hal mencapai tujuan yang telah digariskan dan kebijaksanaan
tersebut dapat dilaksanakan secara pasti dan otomatis.
2. Kebijaksanaan
yang baik itu sedapat mungkin dapat diperlakukan secara permanen dan dapat
disesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi.
3. Kebijaksanaan
harus mengarah kepada pemerataan.
4. Kebijaksanaan
harus dapat mendorong orang untuk berusaha secara maksimum.
5. Kebijaksanaan
harus mengarah ke efisiensi.
6. Kebijaksanaan
itu baik bila terdapat penerimaan suka rela dari pihak-pihak yang bersangkutan.
Peranan Manusia yang bersifat negatif terhadap
lingkungan antaralain sebagai berikut:
1. Eksploitasi
yang melampaui batas sehingga persediaan
Sumber Daya Alam makin menciut (depletion);
2. Punah atau
merosotnya jumlah keanekaan jenis biota;
3. Berubahnya
ekosistem alami yang mantap dan seimbang menjadi ekosistem binaan yang tidak
mantap karena terus menerus memerlukan subsidi energi;
4. Berubahnya
profil permukaan bumi yang dapat mengganggu kestabilan tanah hingga menimbulkan
longsor;
5. Masuknya
energi bahan atau senyawa tertentu ke dalam lingkungan yang menimbulkan
pencemaran air, udara, dan tanah. hal ini berakibat menurunnya kualitas
lingkungan hidup. Pencemaran dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan
dan terhadap manusia itu sendiri.
Peranan Manusia yang menguntungkan lingkungan antara
lain:
1. Melakukan
eksploitasi Sumber Daya Alam secara tepat dan bijaksana terutama SDA yang tidak
dapat diperbaharui;
2. Mengadakan
penghijauan dan reboisasi untuk menjaga kelestarian keaneka jenis flora serta
untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir;
3. Melakukan
proses daur ulang serta pengolahan limbah agar kadar bahan pencemar yang
terbuang ke dalam lingkungan tidak melampaui nilai ambang batasnya;
4. Melakukan
sistem pertanian secara tumpang sari atau multi kultur untuk menjaga kesuburan
tanah. Untuk tanah pertanian yang miring dibuat sengkedan guna mencegah
derasnya erosi serta terhanyutnya lapisan tanah yang mengandung humus;
5. Membuat
peraturan, organisasi atau undang-undang untuk melindungi lingkungan dan
keanekaan jenis makhluk hidup.
III.
MANUSIA PERLU MEMANFAATKAN LINGKUNGAN
DENGAN BIJAK
Teori Etika Lingkungan
Hidup
A. Antroposentrisme
Antroposenstrisme
(antropos=manusia) adalah suatu pandangan yang menempatkan manusia sebagai
pusat dari alam semesta. Dalam konteks lingkungan hidup, tesis dasar dari antropsenterisme
adalah pemanfaatan terhadap lingkungan hidup harus tunduk pada kepentingan
manusia.Lingkungan dalam konteks ini hanya memiliki nilai instrumental, sebagai
obyek eksploitasi, eksperimen untuk kepentingan manusia.Manusia dalam konteks
ini merupakan satu-satunya subyek moral.
Beberapa Tinjauan Kritis
terhadap:
Ø Didasarkan pada pandangan filsafat yang mengatakan bahwa hal yang
bernuansa moral hanya berlaku bagi manusia.
Ø Sangat bersifat instrumentalistis yaitu pola hubungan manusia dan alam
hanya terbatas pada relasi instrumental semata.
Ø Sangat bersifat teleologis, karena pertimbangan yang diambil untuk
peduli terhadap alam didasarkan pada akibat dari tindakan itu bagi kepentingan
manusia.
Ø Teori ini telah dituduh sebagai salah satu penyebab bagi terjadinya
krisis lingkungan hidup.
Ø Walau banyak kritik dilontarkan kepada teori antroposentrisme, namun
sebenarnya argumen di dalamnya cukup sebagai landasan yang kuat bagi
pengembangan sikap kepedulian terhadap alam.
B. Biosentrisme
Biosentrisme merupakan kebalikan
dari antroposentrisme.Biosentrisme merupakan suatu pandangan yang menempatkan
alam sebagai yang mempunyai nilai dalam dirinya sendiri, bukan tergantung pada
manusia.Oleh karena itu, bukan hanya manusia yang memiliki hak untuk berada,
tetapi juga alam.Manusia dalam konteks biosentrisme hanya merupakan salah satu
bagian dari alam.Seperti manusia memiliki nilai pada dirinya sendiri,
demikianpun bagian-bagian itu memiliki nilai di dalam dirinya sendiri.Dalam
konteks ini, biosentrisme merupakan sebuah komunitas moral, dimana semua bagian
dari komunitas itu memiliki nilai moral.
Beberapa Tinjauan Kritis
:
Ø Menekankan kewajiban terhadap alam bersumber dari pertimbangan bahwa
kehidupan adalah sesuatu yang bernilai, baik kehidupan manusia maupun spesis
lain di bumi ini.
Ø Melihat alam dan seluruh isinya mempunyai harkat dan nilai dalam
dirinya sendiri.
Ø Memandang manusia sebagai makhluk biologis yang sama dengan makhluk
biologis lainnya.
Ø Pada intinya teori biosentrisme berpusat pada komunitas biotis dan
seluruh kehidupan yang ada di dalamnya.
Ø Teori ini memberi bobot dan pertimbangan moral yang sama kepada semua
makhluk hidup.
C. Ekosentrisme
Ekosentrisme merupakan
perluasan dari bisentrisme.Biosentrisme menekankan komunitas bilogis yang
hidup, sedangkan ekosentrisme memberikan perhatian pada komunitas biologis yang
hidup dan mati.Ekosentrisme dalam konteks ini merupakan suatu paham yang mengajarkan
bahwa baik komunitas biologis yang hidup maupun yang mati saling berkaitan satu
sama lain. Air, udara, cahaya, tanah dan lain sebagainya sangat menentukan
kualitas komunitas biologis.
Beberapa Tinjauan Kritis:
Ø Versi lain dari ekosentrisme adalah Deep Ecology yang diperkenalkan
oleh Arne Naes (filsuf norwegia).
Ø Deep Ecology disebut sebagai
ecosophy, yang berarti kerifan mengatur hidup selaras dengan alam sebagai
sebuah rumah tangga dalam arti luas. Deep Ecology menganut prinsip biospheric
egalitarianism, yaitu pengakuan bahwa semua organisma dan makhluk hidup adalah
anggota yang sama statusnya dari suatu keseluruhan yang terkait sehingga
mempunyai martabat yang sama. Dia tidak hanya memusatkan perhatian pada dampak
pencemaran bagi kesehatan mausia, tetapi juga pada kehidupan secara keseluruhan
.Deep ecology mengatasi sebab utama yang paling dalam dari pencemaran, dan bukan sekedar dampak
superfisial dan jangka pendek.
Sumber alam dapat
digolongkan ke dalam dua bagian yakni:
Ø Sumber alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) atau disebut
pula sumber-sumber alam biotik. Yang tergolong ke dalam sumber alam ini adalah
semua makhluk hidup, hutan, hewan-hewan, dan tumbuhan-tumbuhan.
Ø Sumber alam yang tidak diperbaharui (nonrenewable resources) atau disebut
pula sebagai golongan sumber alam biotik. Yang tergolong ke dalam sumber
abiotik adalah tanah, air, bahan-bahan galian, mineral, dan bahan-bahan tambang
lainnya.
Sumber alam biotik
mempunyai kemampuan diri atau bertambah, misalkan tumbuhan dapat berkembang
biak dengan biji atau spora, dan hewan-hewan menghasilkan keturunannya dengan
telur atau melahirkan. Oleh karena itu sumber daya alam tersebut dikatakan
sebagai sumber daya alam yang masih dapat diperbaharui.Lain halnya dengan
sumber daya alam abiotik yang tidak dapat memperbaharui dirinya. Bila sumber
minyak, batu bara atau bahan-bahan lainnya telah habis digunakan manusia, maka
habislah bahan-bahan tambang tersebut.
Sumber alam biotik dapat
terus digunakan atau dimanfaatkan oleh manusia, bila manusia
menggunakannya secara bijaksana dalam penggunaan berarti memperhatikan siklus
hidup sumber alam tersebut, dan diusahakan jangan sampai sumber alam itu
musnah. Sebab, jika suatu jenis spesies di bumi musnah, maka jenis tersebut
tidak dapat muncul kembali.Seharusnya manusia menggunakan dengan baik sumber
daya biotik dan abiotik secara tepat dan bertanggung jawab.
Manusia memandang alam
lingkungannya dengan bermacam-macam kebutuhan dan keinginan.Manusia bersaing
dengan spesies lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Dalam hal ini manusia
memiliki kemampuan lebih besar dibandingkan organisme lainnya, terutama dalam
penggunaan sumber-sumber alamnya. Berbagai cara telah dilakukan manusia dalam
menggunakan sumber-sumber alam berupa tanah, air, fauna, flora, bahan-bahan
galian, dan sebagainya.
Namun sesuai dengan
kondisi lingkungan saat ini manusia susah seharusnya melakukan perubahan.
Perubahan yang dimaksud disini bukanlah transformasi yang diartikan sebagai
perubahan seluruhnya (dari teknologi, sosial budaya dan ekonomi).Perubahan
disini lebih kepada perubahan hidup berperilaku, kebiasaan dalam hidup yang
menunjang pada penyelamatan lingkungan, perilaku hidup manusia.
Masih banyak masyarakat
kita yang memiliki kebiasaan yang tidak ramah lingkungan, seperti pengrusakan
lingkungan demi keuntungan semata.Seharusnya manusia berhati-hati dalam
mengolah tanah, air, udara mahluk mahluk yang ada di dunia ini.Khususnya pada
lingkungan, manusia telah begitu banyak menimbulkan kerusakan pada bumi ini.
Limbah, kotoran, sampah dibuang begitu saja tanpa mengindahkan lingkungandan
mahluk lain.
Teknik Penilaian Dampak Pembangunan Terhadap
Lingkungan.Ada empat segi pendekatan/teknik penilaian dampak pembangunan
terhadap lingkungan yaitu :
1. Segi
Manfaat.
Dari segi manfaat ada empat pendekatan :
a) Teknik Nilai
Pasar/Produktivitas.
Teknik ini biasanya dipakai untuk meneliti pengaruh
pembangunan sistem alami seperti pada perikanan, kehutanan, pertanian; pengaruh
pada sistem yang dibangun manusia yaitu gedung, jembatan, bahan; juga pengaruh
pada produk di sektor produsen dan rumah tangga. Kualitas lingkungan disini
adalah faktor produksi.Perubahan dalam kualitas lingkungan menjurus pada
perubahan dalam produktivitas dan biaya produksi, sehingga harga-harga serta
tingkat hasil juga berubah dan ini dapat diukur.
b) Pendekatan
Pasar Pengganti (Surrogate Market) Pendekatan ini dibagi dalam :
1) Barang-barang
dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dipasarkan.
Jasa lingkungan merupakan subtitut barang privat yang dapat dipasarkan. Misalnya kolam renang swasta merupakan subtitut danau atau sungai, sehingga manfaat tambahan penawaran jasa lingkungan mengakibatkan berkurangnya pembelian barang privat.
Jasa lingkungan merupakan subtitut barang privat yang dapat dipasarkan. Misalnya kolam renang swasta merupakan subtitut danau atau sungai, sehingga manfaat tambahan penawaran jasa lingkungan mengakibatkan berkurangnya pembelian barang privat.
2) Pendekatan
Nilai Tanah
Ø Pendekatan
Nilai Milik.
Nilai tanah atau milik dipakai untuk menentukan
kesediaan orang untuk membayar barang lingkungan, yaitu pemanfaatan nilai pasar
untuk mengestimasi secara tidak langsung suatu kurva permintaan barang
lingkungan sehingga dapat dihitung manfaat atau kerugian dari perubahan dalam
kualitas atau suplai di lingkungan tertentu.
Ø Pendekatan
Nilai Tanah Lainnya.
Misalnya diadakan pemeliharaan barang-barang
lingkungan untuk maksud sejarah, pendidikan, kebudayaan, ilmiah dan lain-lain;
terutama untuk generasi mendatang.
3) Pendekatan
Selisih Upah.
Seperti diketahui upah tergantung pada permintaan
dan penawaran terhadap tenaga kerja.Secara teoritis permintaan terhadap tenaga
kerja tergantung pada produk fisik marjinal (marginal physical product) tenaga
kerja, sedang penawaran tenaga kerja tergantung pada kondisi kerja dan kondisi
hidup. Oleh karena itu pengendalian polusi udara, perbaikan keindahan atau
amenities kota dan pengurangan resiko kesehatan akan mempertinggi tingkat upah
di kota-kota. Dengan demikian jelas perbaikan lingkungan akan berpengaruh besar
pada tingginya upah.
4) Pendekatan
Berdasarkan Biaya Perjalanan/Bepergian.
Pendekatan ini dipakai untuk menilai barang-barang
yang “underpriced” atau dinilai terlalu rendah, misalnya untuk mencari nilai
kurva permintaan “barang-barang” rekreasi. Biasanya makin tinggi penghasilan
seseorang makin besar permintaan terhadap barang rekreasi.
c) Pendekatan
Pemanfaatan Data Litigasi (Acara, Proses) atau Kompensasi.
Dengan acara pengendalian atau proses perhitungan
ganti rugi atau kompensasi/pampasan dibayarkanlah kepada mereka yang menderita
rugi atau kerusakan, sejumlah uang agar mereka menyerahkan hak terhadap barang
lingkungan. Misalnya saja untuk penangkapan ikan di Cilacap diberikan ganti
rugi sebesar rata-rata keuntungan tahunan mereka dibagi dengan tingkat bunga
yang berlaku agar mereka menyerahkan hak menangkap ikan mereka di daerah yang
tercemar oleh pabrik-pabrik di industrial estate Cilacap.
d) Pendekatan dengan
Menggunakan Teknik Survey.
Teknik ini ada 2 macam yang semuanya berdasarkan
wawancara di lapangan:
1) Wawancara
kemauan membayar atau menerima kompensasi atau pampasan yang terdiri atas :
Ø Pendekatan
Tawar Menawar.
Asumsi pada pendekatan tawar-menawar ini ialah bahwa
harga barang-barang atau jasa berbeda tergantung pada perubahan dalam jumlah
kualitas yang disuplai.Orang ditanya untuk menilai kelompok-kelompok yang
terdiri dari berbagai barang dan jasa. Pernilaian didasarkan pada kesediaan
orang untuk membayar sekelompok barang yang lebih baik atau kesediaan menerima
pembayaran bila diperoleh barang dan jasa yang lebih inferior.
Ø Konsep
Alokasi Anggaran.
Konsep alokasi anggaran pada hakikatnya merupakan
kelanjutan dari konsep tawar-menawar. Hanya saja disini digunakan gambar-
gambar menarik dan responden diminta untuk memilih tempat-tempat mana yang ia
lebih senangi dari tempat-tempat lain dan seberapa besar anggaran yang ia
bersedia untuk menyediakan demi kepergian ke tempat yang ia senangi itu.
2. Segi Biaya.
Dari segi biaya teknik / penilaian dibagi ke dalam :
a) Teknik Analisis
Biaya, terdiri dari :
Ø Teknik Pengeluaran
Preventif.
Teknik Pengeluaran Preventif mengestimasi nilai
minimum kualitas lingkungan berdasarkan kesediaan orang mengeluarkan biaya
untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi akibat buruk lingkungan.
Ø Pendekatan
Biaya Ganti.
Pendekatan Biaya Ganti misalnya diterapkan pada
kasus konservasi tanah pegunungan. Nilai barang lingkungan yang dikonversi
adalah sebesar usaha melindungi tanah tersebut dari erosi dengan cara menutup
tanah dengan alat pelindung tertentu. Nilai tanah kemudian terdiri dari nilai
atau harga pelindung dan kebaikan atau manfaat yang diperoleh dari
ditiadakannya banjir di bagian-bagian bawah.
Ø Pendekatan
Proyek Bayangan.
Pendekatan dengan berdasarkan pada Proyek Bayangan
dilaksanakan dengan mengemukakan secara hipotesis suatu proyek yang dapat
ditanggulangi persoalannya dengan berbagai alternative bayangan.
b) Teknik
Analisis Keefektifan Biaya.
Analisis keaktifan biaya juga hamper sama. Misalnya
mengurangi SO dapat dengan berbagai cara, yaitu dengan meninggikan cerobong
asap, menggunakan batubarayang baik, beralih memanfaatkan BBM dengan sulfur
rendah, dan lain-lain.Berapa masing-masing biayanya.Mana yang paling dapat
dipertanggungjawabkan dalam rangka mengurangi SO sampai mendekati angka nol lb/kwh
dengan biaya yang dapat ditenggang.
3. Teknik
Input-Output.
Teknik Input-Output yang dikembangkan oleh Wassily
Leontief itu dapat diterapkan pada masalah yang berhubungan dengan kualitas
lingkungan.Data yang perlu ada misalnya berhubungan dengan variabel kualitas
lingkungan seperti tata guna tanah, emisi SOx dan emisi debu pada misalnya sector-sektor
pertanian, usaha pengolahan dan jasa.Jadi dengan teknik input-output dapat
dicari dampak pembangunan terhadap lingkungan.Tetapi penggunaan teknik ini mengandung
berbagai batasan.
4. Teknik
Programasi Linier.
Teknik Programasi Linier juga dapat dimanfaatkan
untuk pengelolaan kualitas lingkungan. Misalkan saja, di suatu daerah
dihasilkan tenaga listrik sebesar 2.000 MW dan terdapat wisatawan sebanyak
1.500 orang dari suatu keadaan dimana diperlukan dana investasi sebesar Rp 900
juta dan tenaga kerja sebanyak 500 orang untuk suatu proyek; serta diketahui
bahwa setiap MW tenaga listrik (x1) memerlukan Rp 300.000,00 investasi dan
tenaga kerja sebanyak 1 orang dan lagi setiap wisatawan (x2) memerlukan
investasi sebesar Rp 200.000,00 dan pelayanan sebanyak 2 orang.
Hubungan
Penduduk dengan Lingkungan dan Kesejahteraan.
Sejak awal, manusia merupakan subjek sekaligus objek
dalam perjalanan hidupnya guna mendapatkan kesejahteraan.Manusia membuat,
menciptakan, mengerjakan, dan memperbaiki berbagai hal yang di tunjuk untuk
kepentingan hidupnya.Di Negara penduduk merupakan salah satu modal dasar
pembangunan.Sebagai modal dasar atau asset pembangunan, penduduk tidak hanya
sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga merupakan pelaku pembangunan.
Hal yang berkaitan dengan penduduk Negara meliputi:
A. Aspek
kualitas penduduk, mencangkup tingkat pendidikan,keterampilan, etos kerja, dan
kepribadian.
B. Aspek
kuantitas penduduk yang mencangkup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran,
perataan, dan perimbangan penduduk di tiap wilayah Negara (Winarno, 2007).
Lingkungan alam seperti tanah, dirombak untuk
menampung berbagai fasilitas kebutuhan manusia. Misalnya, perumahan dan
fasilitas lain seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, hiburan, pasar, jalan,
saluran, dan lain-lain. Air tidak hanya di manfaatkan untuk kebutuhan makan dan
minum, tetapi juga sebagai sarana rekreasi seperti taman, kolam, dan air mancur
air jaga untuk pembangkit listrik.
Tidak jarang, perombakan lingkungan berakibatkan
pada kerusakan lingkungan itu sendiri.Lingkungan telah kehilangan daya dukung
lingkungan sebagai akibat tindakan manusia yang berlebihan.Contohnya,
pembangunan perumahan dan vila-vila di lereng pegunungan telah mengakibatkan
banjir besar pada daerah di bawahnya.Jadi, jumlah penduduk semakin besar
menyebabkan pemukiman yang terus berkembang dan akhirnya berpengarubesar pula
terhadap lingkungan.
Perubahan lingkungan sebagai akibat tindakan manusia
tidak jarang memberikan dampak negative, yaitu kerusakan lingkungan
hidup.Kerusakan lingkungan hidup merupakan problema besar yang di alami umat
manusia sekarang ini.Bahkan, isu tentang HAM, demokrasi, dan lingkungan.
IV.
BEBERAPA TEORI BENTUK HUBUNGAN MANUSIA
DAN LINGKUNGAN
Teori-teori yang berorientasi deterministik lebih
banyak digunakan untuk menjelaskan fenomena kognisi ligkungan.Dalam hal ini,
teori yang digunakan adalah teori Gestalt.Menurut teori Gestalt, proses
persepsi dan kognisi manusia lebih penting daripada memepelajari perilaku
tampak nya (overt behaviour). Bagi Gestalt, perilaku manusia lebih disebabkan
oleh proses-proses persepsi. Dalam kaitannya dengan Psikologi Lingkungan, maka
persepsi lingkungan merpakan salah satu aplikasi dari teori Gestalt.
Teori yang berorientasi lingkungan dalam Psikologi
lebih banyak dikaji oleh behavioristik.Perilaku terbentuk karena pengaruh umpan
balik (pengaruh positif dan negatif) dan pengaruh modelling. Dilukiskan bahwa manusia
sebagai black-box yaitu kotak hitam yang siap dibentuk menjadi apa saja. Dalam
Psikologi Lingkungan, teori yang berorientasi lingkungan, salah satu
aplikasinya adalah geographical determinant yaitu teori yang memandang perilaku
manusia lebih ditentukan faktor lingkungan dimana manusia hidup yaitu apakah di
pesisir, di pegunungan, ataukah di daratan. Adanya perbedaan lokasi di mana
tinggal dan berkembang akan menghasilkan perilaku yang berbeda.
Kedua orientasi teori tersebut bertentangan dalam
menjelaskan perilaku manusia.Orientasi ketiga merupakan upaya sintesa terhadap
orientasi teori pertama dan kedua.Premis dasar dari teori ini menyatakan bahwa
perilaku manusia selain disebabkan factor lingkungan, juga disebabkan faktor
internal.Artinya, manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan lingkungan dapat
dipengaruhi oleh manusia. Salah satu teori besar yang menekankan interaksi
manusia-lingkungan dalam Psikologi adalah teori Medan dari Kurt Lewin dengan
formula B = f (E,O). Periaku merupakan fungsi dari lingkungan dan organisme.Berdasarkan
premis dasar tersebut, muncul beberapa teori mini dalamPsikologi seperti teori
beban lingkungan, teori hambatan perilaku, teori level adaptasi, stres
lingkungan, dan teori ekologi. Berikut ini akan dipaparkan teori mini tersebut.
A. TEORI BEBAN
LINGKUNGAN (ENVIRONMENT-LOAD THEORY)
Premis dasar teori ini adalah manusia mempunyai
kapasitas yang terbatas dalam pemprosesan informasi. Menurut Cohen (Fisher,
1985; dalam Veitch & Arkkelin, 1995), ada 4 asumsi dasar teori ini yaitu :
1. Manusia
mempunyai kapasitas terbatas dalam pemprosesan informasi.
2. Ketika
stimulus lingkungan melebihi kapasitas pemrosesan informasi, prosesperhatian
tidak akan dilakukan secara optimal.
3. Ketika
stimulus sedang berlangsung, dibutuhkan respon adaptif. Artinya,
signifikasistimulus akan dievaluasi melalui proses pemantauan dan keputusanna
dibuat atasdasar respon pengatasan masalah. Jika stimulus yang merupakan
stimulus yang dapatdiprediksikan dan dapat dikontrol, stimulus tersebut semakin
mempunyai maknauntuk diproses lebih lanjut. Tetapi jika stimulus yang masuk
merupakan stimulusyang tidak dapat diprediksikan atau tidak dapat dikontrol,
perhatian kecil ataumungkin pengabaian perhatian akan dilakukan. Akibatnya,
pemrosesan informasitidak akan berlangsung.
4. Jumlah
perhatian yang diberikan seseorang tidak konstan sepanjang waktu, tetapisesuai
dengan kebutuhan.
B. TEORI
HAMBATAN PERILAKU (BEHAVIOUR CONSTRAINTS THEORY)
Premis dasar teori ini adalah stimulasi yang berlebih
atau tidak diinginkan, mendorong terjadinya arousal atau hambatan dalam
kapasitas pemrosesan informasi.Akibatnya, orang merasa kehilangan kontrol
terhadap situasi yang sedang berlangsung (Fisher dkk, 1984).Perasaan kehilangan
kontrol merupakan langkah awal dari teori kendala perilaku.
Istilah ‘hambatan’ berarti terdapat ‘sesuatu’ dari
lingkungan yang membatasi (atau menginterferensi dengan sesuatu), apa yang menjadi
harapan. Hambatan dapat menucul, baik secara aktual dari lingkungan atau pun
interpretasi kognitif.Dalam situasi yang diliputi perasaan bahwa ada sesuatu
yang menghambat perilaku, orang merasa tidak nyaman. Pengatasan yang dilakukan
adalah orang mencoba menegaskan kembali control yang dimiliki dengan cara
melakukan antisipasi faktor-faktor lingkungan yang membatasi kebebasan
perilaku. Usaha tersebut dikatakan sebagai reaktansi psikologis (psychological reactance).
Jika usaha tersebut gagal, muncul ketidakberdayaan yang dipelajari atau learned
helplessness (Veitch & Arkkelin, 1995).
Averill (dalam Fisher. 1984) mengatakan bahwa ada
beberapa tipe control terhadap lingkungan yaitu kontrol perilaku, kontrol kognitif,
dan kontrol lingkungan. Kontrol lingkungan mengarahkan perilaku untuk mengubah
lingkungan misalnya mengurangi suasana yang bising, membuat jalan tidak
berkelok-kelok, membuat tulisan/angka dalam tiap lantai di gedung yang bertingkat,
atau membuat pagar hidup untuk membuat rumah bernuansa ramah lingkungan.Kontrol
kognitif dengan mengandalkan pusat kendali di dalam diri, artinya mengubah
interpretasi situasi yang mengancam menajdi situasi penuh tantangan.Kontrol
kputusan, dalam hal ini, orang mempunyai kontrol terhadap alternatif pilihan
yang ditawarkan. Semakin besar control yang dapat dilakukan, akan lebih
membantu keberhasilan adaptasi.
Teori kendala perilaku ini banyak dikembangkan
Altman.Konsep penting dari Altman (Gifford, 1987) adalah bagaimana seseorang
memperoleh kontrol melalui privasi agar kebebasan perilaku dapat diperoleh.
Dinamika psikologis dari privasi merupakan proses sosial antara privasi,
teritorial, dan ruang personal. Privasi yang optimal terjadi ketika privasi ang
yang dibutuhkan sama dengan privasi yang dirasakan. Privasi yang terlalu besar
menyebabkan orang merasa terasing, sebaliknya terlalu banyak orang lain yang
tidak diharapkan, perasaan kesesakan (crowding) akan muncul sehingga orang merasa
privasinya terganggu.
Selanjutnya dijelaskan oleh Altman (dalam Giford,
1987) bahwa privasi pada dasarnya merupakan konsep yang terdiri atas proses 3
dimensi. Pertama, privasi merupakan proes pengontrolan boundary.Artinya, pelanggaran
terhadap boundary ini merupakan pelanggaran terhadap privasi seseorang.Kedua,
privasi dilakukan dalam upaya memperoleh optimalisasi. Seseorang menyendiri
bukan berarti ia ingin menghindarkan diri dari kehadiran orang lain atau
keramaian, tetapi lebih merupakansuatu kebutuhan untuk mencapai tujuan
tertentu. Ketiga, privasi merupakan proses multi mekanisme. Artinya, ada banyak
cara yang dilakukan orang untuk memperoleh privasi, baik melalui ruang
personal, teritorial, komunikasi verbal, dan komunikasi non verbal.
Teritori merupakan suatu pembentukan wilayah
geografis untuk mencapai privasi yang optimal. Dalam kaitannya dengan usaha memeproleh
privasi adalah menyusun kembali setting fisik atau pindah ke lokasi lain. Penyusunan
kembali setting dapat dilakukan dengan pembuatan teritori yang diwujudkan
seperti membuat pagar, membuat ‘tanda kepemilikan’ atau marking pada
loksi-lokai di sungai, pegunungan, atau pun di bukit (Helmi, 1994).
C. TEORI LEVEL
ADAPTASI
Teori ini pada dasarnya sama dengan teori beban
lingkungan. Menurut teori ini,stimulasi level yang rendah maupun level tinggi
mempunyai akibat negatif bagi perilaku.Level stimulasi yang optimal adalah yang
mampu mencapai perilaku yang optimalpula(Veitch & Arkkelin, 1995).Dengan
demikian dalam teori ini dikenal perbedaan individudalam level adaptasi.
Adaptasi dilakukan ketika terjadi suatu disonansi
dalam suatu sistem, artinyaketidakseimbangan antara interaksi manusia dengan
lingkungan, tuntutan lingkunganyang berlebih atau kebutuhan yang tidak sesuai
dengan situasi lingkungan. Dalam hal ini,adaptasi merupakan suatu proses
modifikasi kehadiran stimulus yang berkelanjutan.Semakin sering stimulus hadir
maka akan terjadi pembiasaan secara fisik yang disebutsebagai habituasi dan
terjadi pembiasaan secara psikis yang disebut adaptai. Dalamkaitannya dengan
adaptasi, proses pembiasaan ini bukan bersifat mekanistik tetapi lebihmerupakan
antisipatif (Heimstra & Mc Farling, 1982). Dikatakan Helmi (19950 behwaketika
seseorang mengalami proses adaptasi, perilakunya diwarnai kontradiksi
antaratoleransi terhadap kondisi yang menekan dan perasaan ketidakpuasan
sehingga orangakan melakukan proses pemilihan dengan dasar pertimbangan yang
rasional antara lainmemaksimalkan haisl dan meminimalka biaya.
Salah satu teori beban lingkungan adalah teori
adaptasi stimulasi yang optimaloleh Wohwill (dalam Fisher, 1984) menyatakan
bahwa ada 3 dimensi hubungan perilakulingkungan yaitu:
1. Intensitas.
Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit orang
disekililing kita, akan membuat gangguan psikologis. Terlalu banyak orang
meyebabkan perasaan sesak (crowding) dan terlalu sedikit menyebabkan orang
merasa terasing (socialisolation).
2. Keanekaragaman.
Keanekaragaman benda atau manusia berakibat terhadap
pemrosesan informasi. Terlalu beraneka membuat perasaan overload dan kekurangan
anekaragaman membuat perasaan monoton.
3. Keterpolaan.
Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan
memprediksi.Jika suatu setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit menyebabkan
beban dalam pemrosesan informasi sehingga stimulus sulit diprediksi, sedangkan
pola-pola yang sangat jelas menyebabkan stimulus mudah diprediksi.
D. TEORI STRES
LINGKUNGAN (ENVIRONMENT STRSS THEORY)
Teori stres lingkungan pada dasarnya merupakan aplikasi
teori stres dalam lingkungan. Berdasarkan model input – process – output, maka
ada 3 pendekatan dalamstres yaitu stres sebagai stressor, stres sebagai
respon/rekasi, dan stres sebagai proses. Oleh karenanya, stres terdiri atas 3
komponen yaitu stressor, proses, dan respon.Stressor merupakan sumber atau
stimulus yang mengancam kesejahteraan seseorang, misalnya suara bising, panas,
atau kepadatan tinggi.Respon stres adalah reaksi yang melibatkankomponen
emosional, fikiran, fisiologis, dan perilaku. Proses merupakan proses transaksi
antara stressor dengan kapasitas dengan kapasitas diri. Oleh karenanya, istilah
stres tidak hanya merujuk pada sumber stres, respon terhadap sumber stres saja,
tetapi keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari, 1989).Artinya, ada transaksi
antara sumber stres dengan kapasitas diri untuk menentukan reaksi stres. Jika
sumber stres lebih besar daripada kapasitas diri maka stres negatif akan
muncul, sebaliknya jika sumber tekanan sama dengan atau kurang sedikit dari
kapasitas diri maka stres positif akan muncul. Dalam kaitannya dengan stres
lingkungan, ada transaksi antara karakteristik lingkungan dengan karakteristik
individu yang menentukan apakah situasi yang menekan tersebut menimbulkan stres
atau tidak. Udara panas bagi sebagian orang menurunkan kinerja,tetapi bagi
orang lain yang terbiasa tinggal di daerah gurun, udara panas tidak menghambat
kinerja.
Ada tiga tahap stres dari Hans Selye yaitu tahap reaksi
tanda bahaya, resitensi, dan tahap kelelahan. Tahap reaksi tanda bahaya adalah
tahap dimana tubuh secara otomatis menerima tanda-tanda bahaya yang disampaikan
indra. Tubuh siap menerima ancaman atau menghindar terlihat dari otot menegang,
keringat keluar, sekresi adrenalin meningkat, jantung berdebar karena darah
dipompa lebih kuat sehingga tekanan darah meningkat. Tahap resistensi atau
proses stres. Proses stres tidak hanya bersifat otomatis hubungan antara
stimulus-respon, tetapi dalam proses di sini telah muncul peran-peran kognisi.
Model psikologis menekankan peran interpretasi dari stressor (Prawitasari, 1989)
yaitu penilaian kognitif apakah stimulus tersebut mengancam atau membahayakan.Proses
penilaian terdiri atas 2 yaitu penilaian primer dan sekunder. Penilaian primer merupakan
evaluasi situasi apakah sebagai sesuatu yang mengancam, membahayakan, ataukah
menantang.Penilaian sekunder merupakan evaluasi terhadap sumber dayadimiliki,
baik dalam arti fisik, psikis, sosial, maupun materi. Proses penilaian primer
dan sekunder akan menentukan strategi koping. Strategi koping (Fisher, 1984)
dapat diklasifikasikan dalam direct action (pencarian informasi, menarik diri,
atau mencoba menghentikan stressor) atau bersifat palliatif yaitu menggunakan
pendekatan psikologis (merasinalisasi, meditasi, menilai ulang situasi dsb). Jika
respon koping tidak adekuat mengatasi stressor, padahal semua enegi telah
dikerahkan, orang akan masuk fase ketiga yaitu tahap kelelahan. Tetapi jika
orang sukses, maka orang dikatakan mampu melakukan adaptasi. Dalam proses
adaptasi tersebut memang mengeluarkan biaya dan sekaligus memetik manfaat.
E. BEBERAPA
EKOLOGI (ECOLOGICAL THEORY)
Perilaku manusia merupakan bagian dari kompleksitas
ekosistem (Hawley dalam Himmam & Faturochman, 1994), yang mempunyai
beberapa asumsi dasar sebagai berikut:
1. Perilaku
manusia terkait dengan konteks lingkungan.
2. Interaksi
timbal balik yang menguntungkan antara manusia-lingkungan.
3. Interaksi
manusia – lingkungan bersifat dinamis.
4. Interaksi
manusia – lingkugan terjadi dalam berbagai level dan tergantung padafungsi.
Salah satu teori yang didasarkan atas pandangan
ekologis adalah behavior setting (setting perilaku) yang dipelopori oleh Robert
Barker dan Alan Wicker. Premisutama teori ini organism environment fit model
yaitu kesesuaian antara rancanganlingkungan dengan perilaku yang diakomodasikan
dalam lingkungan tersebut. Oleh karenanya, dimungkinkan adanya pola-pola
perilaku yang telah tersusun atau disebut dengan ‘program’ yang dikaitkan
dengan setting tempat. Teori ini kurang mempertahankan proses psikologis dari
perbedaan individual dan lebih menekankan uniformitas atau perilaku kolektif.
Hubungan antara manusia-lingkungan lebih dijelaskan dari sisi sifat atau
karakteristik sosial seperti kebiasaan, aturan, aktivitas tipikal, dan karakteristik
fisik.Dengan mengetahui setting tempat maka dapat diprediksikan perilaku/aktivitas
yang terjadi (Gifford, 1987; Veitch & Arkkelin, 1995).
Kritik terhadap pemikiran Barker adalah bagaimana
jika dalam suatu setting terlalu besar atau terlalu kecil?Bagaimana pengaruh
setting yang terlalu kecil atau terlalu besar terhadap perilaku?Jika dalam
suatu setting terlalu banyak partisipan yang melebihi kapasitas setting untuk
beraktivitas, hal ini disebut dengan evermanning (understaffing).Strategi
adaptasi apa yang harus digunakan dalam situasi overmanning? Pertama, meningkatkan
kapasitas setting fisik yaitu memperluas atau meninggalkan setting.Kedua,
melakukan kontrol terhadap orang yang akan masuk dalam setting. Dalam situasi undermanning
setting maka yang dilakukan dengan meningkatkan peran/role dalam rangka
meningkatkan aktivitas dalam setting tersebut (Gifford, 1984; Veitch &
Arkkellin, 1995).
F. PERBANDINGAN
TEORI
Berdasarkan uraian mengenai 5 teori mini, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Ke lima
teori tersebut disusun atas dasar interaksi manusia-lingkungan. Selain
teoriekologi, keempat teori memperlihatkan adanya kapasitas yang terbatas pada
manusiadalam pemrosesan informasi, khususnya informasi yang berkaitan dengan
stimulasilingkungan fisik. Indikator yang spesifik tentang keterbatasan
kemampuan padamanusia terlihat pada teori beban lingkungan dengan dasar-dasar
kompetensi kognitifyaitu lebih khusus adalah kemampuan pemrosesan informasi.
Demikian halnyadengan teori stres lingkungan, indikator dari stres lingkungan
dapat dilihat pada levelindividu, terlihat pada respon stres yang tercermin
dari penurunan kemampuankognisi, perubahan perilaku, emosi, dan respon
fisiologis. Indikator psikologis dariteori hambatan perilaku dan teori adaptasi
tidak jelas, apakah komponen kognitif,afektif, ataukah perilaku.
2. Teori
ekologi lebih menekankan faktor lingkungan daripada faktor perbedaanindividual.
Penerapan dalam masalah-masalah psikologi perlu mendapatkan perhatianterutama
jika level analisisnya adalah individu yang mendasarkan diri pada
perbedaanindividu.
3. Indikator
mengenai person environment fit model juga tidak jelas. Kesesuaian
antaralingkungan dengan manusia masih bersifat subjektif, belum ada indikator
yang pasti.
Seperti dalam teori beban lingkungan, yang dimaksud
dengan beban yang optimalitu seberapa jauh?Dalam teori hambatan perilaku,
sejauh mana ‘sesuatu’ dianggap sebagai penghambat perilaku? Dalam teori level adaptasi,
sejauh mana stimulasi lingkungan itu dipersepsikan sebagai level adaptasi yang
optimal? Dalam teori stres, transaksi manusia-lingkungan menghasilkan stres
positif.
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Fisher, A., Bell, P.A., & Baum, A., 1984.
Environmental Psychology. New York: Holt, Rinehart, dan Wiston.
Gifford, R. 1987. Environmental Psychology : Principle
and Practice. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Heimstra, N.W., & Mc Farling, L.H. 1982. Environmntal
Psichology. California: Brooks/Cole Publishing Company.
Helmi,A.F.,1994. Hidup di Kota Semakin Sulit.Bagaimana
Strategi Adaptasi yang Efektif dalam Situasi Kepadatan Sosial? Buletin
Psikologi, II(2)1-5.
Helmi, A.F., 1995. Strategi Adaptasi yang Efektif
dalam Situasi Kepadatan Sosial.Tesis.(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Proram
Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada.
Himmam, F., & Faturohman.1995. Analisis Profil
Wawasan Masyarakat terhadap Lingkungan di daerah Industri. Laporan Penelitian.
(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi GM. Bantuan dana bank Dunia
XXI.
Holahan C.J. 1982. Environmental Psychology. New
York: Random House.
Veitch, R. & Arkkelin, D., 1995. Environmental Psychology:
An Interdisciplinary Perspective. New Jersey: Prentices Hall.
(On Line) (http://virgyansyah.blogspot.com/2010/10/hubungan-manusia-dengan-lingkungan.html, diakses
tanggal 31 Maret 2014).
(On Line) (http://pustaka-makalah.blogspot.com/2011/03/hubungan-manusia-dan-lingkungan-sekitar.html, diakses
tanggal 31 Maret 2014).
(On Line ) (http://rzaharani.blogspot.com/2012/05/hubungan-manusia-dan-lingkungan.html, diakses
tanggal 31 Maret 2014).
(On Line) (http://rajes08predator.blogspot.com/2012/04/biosfer-dan-makhluk-hidup.html, diakses
tanggal 31 Maret 2014).
(On Line) (http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/manusia-dan-lingkungan-hidup.html, diakses
tanggal 31 Maret 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar